Ditambahkan | 10:15:00 AM |
Kategori | Cerpen |
Harga | PERTEMPURAN EGO Fan apa kamu tau kalo wanita itu unik? Kamu tau kan Fan? Bagi ku Jen adalah wanita pilihanku saat ini. Keunikan ya...undefined |
Share | |
Hubungi Kami | Call center WA:085330202714 Layanan Sms neo56design@gmail.com BB Messenger da2ebb6d |
BELI |
Review CERPEN -Mencari Simbol Hidup- bag 1
PERTEMPURAN EGO
Fan apa kamu tau kalo wanita itu unik? Kamu
tau kan Fan?
Bagi ku Jen
adalah wanita pilihanku saat ini. Keunikan yang ada dalam dirinya mungkin salah
satu alasannya. Tapi apakah cintaku ke dia itu bersyarat atau tidak bersyarat?
Apakah aku mencintai Jen itu bisa dibilang bersyarat atau tidak? Pastinya saat
aku masih membandingkan dia dengan orang lain, melihat sesuatu yang lebih dari
dia dibanding
orang lain, itu berarti aku masih mencintai dia dengan syarat. Syarat wanita
unik salah satunya.
Haii Fan, apa kamu tau kamu itu
terlalu cepat memutuskan melamar dia? Apa kamu benar-benar suka sama dia? Bagaimana dia bisa
mejadi pilihanmu? Jen itu adalah wanita yang belum satu tahun kamu kenal,
apakah kamu yakin?
Ahh,,, bagian
dalam diriku ini selalu menanyaiku terus-terusan. Tak ada alasan dan jawaban
yang pasti, yang terpenting aku perlu memperisiapkan diriku. Siap akan resiko
dari setiap pilihan dan tindakanku. Apapun itu, bagaimanapun hasilnya nanti.
Dan aku yakin tak ada pilihan yang buruk atau salah jika aku siap dengan setiap
resiko yang aku lalui, baik maupun buruk.
Profesiku saat
ini tak mudah dimengerti Jen. Yang masih sering bersentuhan langsung dengan
wanita saat melakukan prosesi terapi.
Juga menjadi permasalahan nantinya bila hal itu belum
bisa dimengerti Jen. Apalagi bila ada jadwal workshop di luar kota, bisa seminggu
penuh. Waktu luang dengan Jen bisa saja sangat sedikit.
Tapi apakah iya
profesi sebagai trainer dan terapis menjadi halangan saat aku sudah menikah
nanti? Tidak, tidak akan menjadi halangan, justru itu adalah modal ku,
pemahamanku dan pengalamanku sebagai terapis tentu sangat berguna bila aku
terapkan dalam keluargaku nanti. Dan rencanaku mengikuti beberapa pelatihan seputar parenting bersama Jen. Tau
kenapa Fan? Aku ingin memiliki pemahaman yang sama dengan jen tentang
pengembangan diri.
“Tuk,,tuk,,
assalamualaikum,,” suara pintu
terdengar. Suara ini
membangunkanku dari dialog dengan Egoku. Self Ego Therapy yang aku lakukan berhenti setelah mendengar ketukan pintu rumah.
membangunkanku dari dialog dengan Egoku. Self Ego Therapy yang aku lakukan berhenti setelah mendengar ketukan pintu rumah.
Sepertinya suara ini tidak asing di telingaku. Masak sih dia? Tapi tidak
mungkin ah,,. Aku lalu bergegas menuju pintu depan.
“selamat pagi Cak” suara
riang ini ternyata Jen. Jen terlihat senyum-senyum yang seolah habis
mendapatkan hadiah. Riang.
“haa,,,, Jen?” aku kaget,
pagi-pagi Jen ke rumahku. Aku hanya mlongo melihat dia sudah dirumahku. “sama
siapa?” aku bertanya.
“aku gak dipersilahkan
duduk dulu nih Cak?” Jen memberi tahu yang memang sejak tadi aku masih kaget
pagi-pagi dia sudah ada dirumah.
Lalu aku mempersilahkannya duduk. Baju longdress warna cream dan jilbab paris warna coklat
menghiasi dia pagi ini. Tampak segar dan cantik. Apalagi hidung mungilnya itu
loh,,, hmm bikin gregetan. Jen datang jam 8 pagi sendiri dengan motor maticnya
berwarna putih dengan perpaduan warna hijau muda. Entah apa yang membawa dia
kemari pagi sekali.
“tau gak Cak kenapa aku kemari pagi-pagi sekali?” Jen cengar-cengir
menunjukkan dia sedang bahagia hari ini.
“hmm... tahu lah” aku seolah-olah mampu membaca pikiran Jen. Padahal ya
tidak bisa, hehehe.
“apa coba?” Jen mencibirkan bibirnya.
“nyerah deh,,, nyerah”.
Apa yang menyebabkan Jen kerumah pagi ini? ternyata dia memberi kabar kalo
dia sudah berbicara kepada kedua orang tuanya tentang niatanku ingin melamar
dia. Dan beliau menyetujuinya. Siapa juga yang tidak suka, Jen tentunya suka
sekali bahwa orang tuanya menyetujuinya. Dan sangking bahagianya, dia pagi-pagi
kerumah hanya ingin memberi tahu.
Jen bahagia dengan kabar ini, dan berniat berbagi kebahagiaan kepadaku.
Ternyata kabar ini tak membuatku sebahagia Jen. Bagian dalam diriku yang tidak
yakin mulai mendominasi. Aku mulai mempertanyakan atas keputusanku yang hendak
melamar dia. Apa aku siap dengan keputusanku? Apakah keputusan ini hanya ego
sesaat? Tiba-tiba aku bimbang.
Aku menutupkan kedua mataku, dan mulai berbicara dengan bagian-bagain dalam
diriku.
“aku bimbang dengan keputusanku”
“tapi, kenapa aku bimbang? Bukankah sudah aku putuskan dan niatkan?”
“ohh,, bagian dalam diri mana yang membuat aku bimbang?”
“apakah seperti ini rasanya berada dalam kebimbangan”
“bukankah aku sudah memutuskan melamar Jen, tapi kenapa aku bimbang?”
“Jen adalah wanita yang baik, unik, menarik dan bahkan dia sangat penyabar
tapi kenapa masih cemas?”
Banyak sekali bagian-bagian dalam diri yang bermunculan.
Sampai akhirnya muncullah gambar sosok Siska di benakku. Siska adalah
wanita yang sempat singgah dalam cerita cintaku dan tak lama dia meninggal
setelah kami bertunangan. Jatuh hatiku sama dia masih belum juga pergi,
meskipun secara fisik dia sudah meninggal. Ternyata ini yang membuatku bimbang.
Jauh di pikiran bawah sadarku, aku temukan memori merasa bersalah bila aku
menikah dengan wanita lain.
Yah,,, merasa bersalah karena tidak menepati janji kepada Siska. Tak
berpikir lama, aku gunakan saja teknik Self Ego Therapy untuk membereskan
kegundahan ini. Ku perbaiki memori masa lalu, aku reframming kembali pemaknaan
yang belum tepat. “alhamdulillah” ku ucapkan Syukur usai melakukan terapi.
“Cak kenapa diam?” Jen melihat kebingungan di wajahku. Aku tersenyum
menatap dia “gak apa-apa”. Tak sadar aku melakukan terapi lumayan lama. Sampai
lupa ada Jen ada dirumahku. Sekarang aku lebih siap dengan keputusanku, lebih
ceria dan bersemangat. Aku yang dari tadi menampakkan wajah bingung dan cemas,
mulai bisa kembali ceria dan bersahaja.
Jen yang tidak tau apa yang terjadi padaku barusan, ikut ceria kembali
setelah melihat kecemasanku berubah menjadi sumringah. Menyimpan emosi negatif
seperti bimbang dan cemas tidaklah baik menurutku. Bila disimpan terlalu lama malah
akan berdampak pada kesehatan. Dan akupun mencoba mendamaikannya dari emosi
negatif yang hadir. Bukan lagi menghilangkannya.
****bersambung****