Ditambahkan | 10:25:00 AM |
Kategori | Cerpen |
Harga | BERAWAL DARI MIMPI Kemeja berwarna putih dengan dasi warna lorek hitam putih dan juga celana warna hitam. Foto saat yudisium ini di li...undefined |
Share | |
Hubungi Kami | Call center WA:085330202714 Layanan Sms neo56design@gmail.com BB Messenger da2ebb6d |
BELI |
Review CERPEN -Mencari Simbol Hidup- Bag 2
BERAWAL DARI MIMPI
Kemeja
berwarna putih dengan dasi warna lorek hitam putih dan juga celana warna hitam.
Foto saat yudisium ini di lihat Jen seolah-olah mencari memori yang keselip
entah kemana. Entah apa yang dipikirkan setelah melihat Fotoku ini. Apa mungkin
fotoku terlalu ganteng atau aku yang lebih ganteng dibanding fotonya, hehehe.
“kenapa
Jen? Kok lihatnya sampek gitu?” aku penasaran dengan sikap Jen.
“gak,
gak kok Cak” Jen kaget dan terbata-bata.
“udah
bilang saja, kenapa to?” aku penasaran.
Lalu
Jen menceritakan tentang fotoku itu. Dia merasa tidak asing dengan apa yang
dilihatnya. Terasa sudah sangat familiar dengan foto itu. Saat diingat kembali
ternyata dia pernah bermimpi bertemu aku. Bahkan sebelum aku kenal dengan Jen.
Dimimpinya itu, aku memakai pakaian yang mirip dengan foto yudisium ku itu.
Kata Jen aku yang ada diseberang jalan tiba-tiba mendekatinya. Mengajaknya
berbicara tanpa berkenalan ataupun memperkenalkan diri. Sampai aku menghilang
dari pandangan Jen.
Mungkin
mimpi Jen ini aneh. Bertemu dalam mimpi terlebih dahulu lalu bertemu dan
berkenalan di dunia nyata beberapa minggu setelah mimpi itu terjadi. “Tuhan
mempertemukan kita dengan
cara yang unik ya Cak? Apa mungkin ini kebetulan?”
kata Jen, aku hanya tersenyum.
“Dek,,,
tak ada yang kebetulan di dunia ini, bahkan sehelai daun yang jatuhpun juga
sudah ada sistem yang mengaturnya” aku menjelaskan.
“lalu
Cak? Bagaimana dengan mimpi dan pertemuan kita ini?” Jen penasaran.
“hehehe,,,,
anda penasaran?” aku menggoda.
“duhh,,
Cacak ini. Jelas-jelas aku penasaran kok bisa”.
Aku
lalu menjelaskan tentang fenomena pikiran bawah sadar dan alam semesta. Saat
tidur otak manusia masih tetap bekerja. Respon dari pikiran bawah sadar juga
dipengaruhi oleh getaran atau frekuensi. Saat tidur pikiran bawah sadar kita
sedang berkomunikasi melalui getaran-getaran yang sangat halus. Berkomunikasi
dengan alam semesta salah satu contohnya. Tak heran kenapa para pelaku
spiritual sering dapat yang namanya intuisi atau petunjuk dari mimpinya.
Alam
semesta bertebaran berbagai gelombang elektromagnetik. Orang sering menyebutnya
kode alam yang dikirim lewat mimpi. Mimpi merupakan jembatan antara pikiran
bawah sadar dan pikiran sadar. Bila alam semesta juga berkomunikasi pada diri
kita melalui mimpi. Bisa jadi apa yang dialami Jen ada hubungannya dengan pesan
yang dikirimkan oleh Alam semesta.
Mungkin
saja aku saat itu sedang memposisikan untuk menemukan wanita pendamping hidup.
Dan tanpa disadari Jen juga memposisikan pada frekuensi yang sama. Dan akhirnya
komunikasi kami melalui mimpi terjadi. Saling bertukar informasi di gelombang
frekuensi yang sama. Memang tak semua setiap mimpi kita ingat. Tapi setiap
manusia pasti pernah bermimpi.
“Lalu
kenapa setelah bangun tidur kecenderungan aku tak ingat dengan mimpiku Cak?”
Jen serius bertanya.
“lima
menit setelah bangun tidur pada umumnya kita ingat sekitar 90% mimpi kita, tapi
setelah 10 menit ingatan itu hanya sekitar 50% dan 20 menit kita bangun tidur
sekitar 20% bisa mengingat mimpi kita”. Jen mengangguk.
“lalu
Cak, agar bisa mengingat kembali apa saja yang barusan kita mimpikan gimana
caranya?”
“ada
banyak cara Jen”.
Salah
satu caranya yaitu dengan menuliskannya. Jadi kita perlu mempersiapkan alat
tulis disamping tempat tidur kita. Setelah bangun tidur tuliskan apapun yang
barusan menjadi mimpi kita. Nanti akan terlihat pola dari mimpi kita sendiri.
Dan dari sini kita bisa memanfaatkan jurnal mimpi ini untuk keperluan
meningkatkan potensi dalam diri. Memaknai mimpi yang pas dengan melihat pola
mimpi kita ini.
“cukup
ribet juga ya Cak?”
“hahaha,,,
ya kalo pengen gampang, pergi saja ke penafsir mimpi, agar tau mimpi-mimpimu
itu artinya apa saja. Ahahaha” aku menggodanya.
“tuhkan
ngeledek” Jen cemberut.
Jarum
pada Jam dinding rumah berada pada angka 11. Berarti sudah tiga jam Jen
dirumah. Diluar rumah hujan deras mulai sekitar 30 menit yang lalu. Awan
dilangit sangat gelap, seperti bukan pagi lagi. Hari ini tak secerah hari
kemaren dengan awan putih yang menyingkir dan terlihat warna biru langit yang
cerah.
Kopi
hitam berlogokan kapal ini menjaga hangat badan kami dari cuaca dingin diluar
sana. Suara geluduk diikuti halilintar terhitung sudah 5 kali. Terpaan angin
mengayunkan tirai jendela dan pintu kamar. Sengaja tidak saya tutup tirai
jendala agar rumah dapat angin segar dari luar. Kicauan burung Kenari yang sejak
pagi bernyanyi kini diam.
Terdengar
suara wanita yang lirih di balik pintu rumah mengucapkan salam. Mengetuk-ngetuk
pintu yang berwarna hitam dengan ukiran naga. Suara remang-remang wanita ini
tidak terlalu jelas, “mungkin saja tak ada wanita yang mengetuk pintu, mungkin
itu suara angin” batinku. Tak lama kemudian suara wanita itu muncul lagi
memanggil namaku.
“Jen,
kamu dengar ada wanita yang memanggil namaku barusan?”
“suara
wanita? Siapa Cak? Perasaan tidak ada suara wanita lain selain suaraku deh” Jen
mulai takut.
“coba
diam sebentar, dengerin suara itu” aku mengajak Jen diam dan ikut mendengarkan
suara yang kadang ada dan kadang hilang diikuti ketukan pintu depan.
Benar,
suara itu muncul dibalik pintu rumah. Aku bergegas menuju pintu, Jen mengikuti
dibelakangku. Ternyata benar, seorang wanita berkulit putih berbadan singset
tinggi sekitar 158cm kemeja warna cream berselimut jas warna biru muda dan rok
setinggi 10cm dibawah lutut tampak basah kuyup. Rambutnya yang basah dan
sebagian besar bajunya juga basah menampakkan lekukan tubuh wanita ini.
Iya,
dia adalah Ani, wanita berparas cantik ini pernah jadi peserta dalam workshopku
tiga minggu yang lalu. Tapi kok dia bisa nyampek sini? Apa yang membawanya
kemari?
Lanjut Cerpen ke Bag 3
Lanjut Cerpen ke Bag 3