CERPEN -Mencari Simbol Hidup- Bag 4

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirJRKmZBUdleuQPB1U46X2-dcrT4oWmJt8mCWyp4f7bRzWvbgoacUWzrJCXkATNxy4960uXuD-2k6ewmKMdNV1viEglCgNU3RYWayGNun-OEUrWpgjEqSg0U293t_7K-Xmdi9jOwhU1_I/s72-c/sang+kolektor.jpg click to zoom
Ditambahkan 10:40:00 AM
Kategori Cerpen
Harga BERSAMA SANG KOLEKTOR Duahari setelah membantu Ani melakukan terapi. Kali ini aku membawakan materi “recharge of mind energy” disebuah...
Share
Hubungi Kami
BELI

Review CERPEN -Mencari Simbol Hidup- Bag 4

BERSAMA SANG KOLEKTOR

Duahari setelah membantu Ani melakukan terapi. Kali ini aku membawakan materi “recharge of mind energy” disebuah perusahaan yang bergerak dibidang finance. Kali ini tak begitu banyak peserta yang mewakili perusaahaan tersebut, hanya 34 orang yang kesemuanya dibagian yang sama yaitu collector. Bagi karyawan yang bergerak dibagian ini, materi ini sangat penting. Bahkan kepala bagiannya sendiri yang mengajukan untuk materi ini dibawakan karena sangat dibutuhkan bagi mereka.

Kepala bagian yang menawarkan kesaya merasa bahwa profesi sebagai collector memang lumayan berat. Tak sedikit yang benturan langsung dengan para kreditur entah itu benturan lewat suara maupun tindakan fisik. Apalagi bila sampai benturan dengan LSM, para collector tak dibekali untuk hal demikian. Benturan-benturan tersebut yang sering buat mereka stres. Merasa tak semangat kerja karena harus bertemu dengan orang-orang yang sulit ditagih, begitu kepala bagian memberikan informasi terkait profesi collector.

Dari 34 orang, wanita sebanyak 5 dan sisanya pria. Dalam kelas 9 jam kali ini saya buat diawal have fun untuk pendogkrak state bahagia. Antusiasme peserta mulai bergerak naik, serius dan fun. Selang 30 menit, terlihat seorang wanita yang duduk di kursi dari depan nomer 4 dan dari baris samping kanan nomer 3 terlihat aura wajahnya yang sedikit berbeda dari peserta yang lain. Aku lihat tanda pengenalnya tertulis Meya Wulandari. Wanita yang bertubuh tinggi sekitar 164 cm dengan rambut sebahu sedikit pirang dibagian ujungnya dan warna baju merah bermotif bulat kecil-kecil.

Meskipun Meya seolah-olah mengikuti dan menikmati materi kali ini. Tapi dari bahasa tubuhnya dia tidak menikmati materi yang saya bawakan seolah-olah pikirannya melayang jauh entah kemana. Mungkin saja karena atasan yang meminta sehingga tak semua peserta sadar akan pentingnya materi ini “mbak Meya silahkan maju kedepan, kita lakukan simulasi pertama” aku sengaja memanggilnya agar dia bisa fokus kemateri dan juga membantu secara sederhana mengatasi masalahnya.

Meya yang bengong karena saya panggil untuk melakukan simulasi pertamanya. “mbak Meya silahkan kedepan” aku memanggilnya ulang. Tak lama Meya langsung menuju depan dan duduk di kursi yang telah aku persiapkan. “sebelum kita melakukan simulais pertama, kita melihat mbak Meya terlebih dahulu sebagai contoh dalam simulasi ini ya,,,” aku memberi tahu peserta yang lain.

“mbak Meya silahkan ceritakan apapun itu yang bisa mbak Meya ceritakan kepada kami”.
“cerita apa mas Fani?”
“terserah cerita apa saja” sengaja aku pancing agar dia mau bercerita. Bukan isi dari apa yang dia ceritakan melainkan apa dibalik yang dia ceritakan.

Dalam simulasi kali ini bagaimana kita bisa mengenali emosi orang lain dan diri sendiri dari sisi bahasa tubuh. Dari bahasa tubuh Meya, banyak sekali yang bisa diartikan dari gerakan tubuhnya yang intens. Dari semulasi pertama ini sebenarnya untuk mengetahui gerakan tubuh mana yang intens saat dalam State Emosi entah itu bahagia, syukur, ceria, cemas dan takut. Yang nantinya peserta dapat mengetahui berada di state energi yang mana? Positifkah atau negatifkah dengan hanya mengamati bahasa tubuh sebagai indikatornya.

Tapi kali ini tak hanya state energi yang tertangkap dari bahasa tubuh Meya. “stop, jangan dilanjutkan dulu ceritanya mbak Meya” aku membuka kelima jariku. “apakah dibagian perut mbak Meya ada yang bermasalah?” dia mengangguk. “apakah saat Kecemasan mbak Meya memuncak bagian perut mbak Maya terasa sangat sakit?” dia mengangguk mengiyakan. “mbak Meya pernah jatuh yang lumayan parah?” Meya mengangguk lagi sambil matanya dibuka lebar. Menduga Meya pernah jatuh saya amati dari bahasa tubuhnya saat duduk.

“kok tau mas Fani?” Meya penasaran
“sederhananya tubuh kita adalah indikator dari pikiran bawah sadar untuk mengingatkan atau media berkomunikasi dengan pikiran sadar” aku menjelaskan.
“berarti bisa tau dong mas, orang yang kita ajak bicara marah atau kecewa dengan sikap kita?” Meya menggeser duduknya melihatkan dia serius dengan pertanyaanya.
“sangat bisa sekali, akan tetapi ada beberapa orang yang lihai dalam memainkan bahasa tubuh dan kemampuan komunikasinya untuk menipu, jadi berhati-hatilah”. Membaca bahasa tubuh bisa jadi sangat membantu dia saat bertemu Kreditur yang bandel.

Meya yang semula cenderung tidak bersemangat dengan materi ini, mendadak antusias. Tak hanya Meya, peserta yang lain mulai mempraktekkan Ilmu Titeni dengan berpasang-pasangan. “recharge of mind energy” yang saya bawakan mengajarkan pada peserta agar mereka mampu mengisi ulang kembali energinya. Karena energi mengikuti pikiran, maka yang diolah Mind nya dari sisi emosi.

Dalam setiap simulasi ada sesi diskusi dan tanya jawab. Yang semula hanya 9 jam akhirnya molor sampai 11 jam. Seolah-olah mereka tak kekurangan energi dalam pelatihan ini. Memang peserta diajarkan bagaimana mengisi energi dalam dirinya. State marah dan jengkel pada kreditur yang bandel sering mereka alami. Untuk itu peserta diajarkan tetap dalam kondisi energi yang baik.

Dari belakang seorang pria mengacungkan jarinya.
“owh  iya mas Fani, saya pernah mengalami suatu hari ada 12 customer yang udah 2 bulan telat membayar angsuran. Dan saat saya kunjungi dan saya tagih tak ada satupun yang membayar. Memang hari itu emosi saya lagi labil, dari pagi jam 5 pagi sampai jam 6 sore” seorang peserta sharing pengalamannya. “iya begitulah mas Farhan, yang dinamakan energi mengikuti pikiran” aku mengimbuhkan.

Diakhir sesi pelatihan saya bawakan sebuah alat untuk mengukur state energi. Dan dengan cara yang seperti apa mereka dapat mengakses state emosi power. Karena setiap orang itu punya keunikan sendiri-sendiri sehingga tak semua peserta dengan cara yang sama mendapatkan energi yang sama pula saat diakses. Dan dari setiap level energi tersebut ada bahasa tubuh yang dominan saat satate itu diakses.


~~~~bersambung~~~~



Komentar